Pages

Subscribe:

Labels

Kamis, 28 April 2016

Potensi Pengembangan Industri Aluminium Nasional


 By. Andi AkmalAmnur

Potensi Permintaan

Peningkatan konsumsi terhadap aluminium membuat komoditi ini menjadi sumber perkembangan dan pertumbuhan industri dan ekonomi. Dari segi jumlah pemakaian, produk aluminium juga meningkat tajam. Aluminium adalah merupakan salah satu komoditi masa depan, ramah lingkungan dan logam dasar yang sangat dibutuhkan oleh umat manusia (Aachen Univ. Prof.Dr. Werner Gocht, Aluminium for Future Generation,  Dusseldorf, 2001)
Pemakaian Aluminium yang demikian luas karena mempunyai keunggulan seperti ringan, kuat, tidak berkarat, penghantar listrik yang baik, steril, mudah dibentuk dan didaur ulang, belum lagi bila ditinjau dari kelangkaan bahan kayu terkait isu pemanasan global maka sebagai bahan alternatif kayu adalah aluminium, yaitu untuk struktur bangunan, perabot, jendela, pintu. Aluminium juga dipakai untuk produk produk canggih, bungkus makanan, bungkus obat-obatan, bahan pembuat alat alat elektronika, alat alat transportasi  dan lain lain. Bahkan jika kita amati secara seksama ternyata dimanapun kita berada manusia tidak terlepas dari barang barang yang mempunyai kandungan Aluminium.
Prospek pertumbuhan kebutuhan Aluminium global dalam jangka panjang sampai tahun 2035 tetap tinggi yang didorong oleh tingginya tingkat kebutuhan di China dan India termasuk sebagian kawasan Asia dan Amerika Selatan. Utuk kebutuhan dunia CRU memperkirakan bahwa dunia masih tetap butuh sekurang kurangnya 54 Smelters dengan kapasitas 750.000 Ton per tahun  sampai tahun 2035 dimana tantangan utamanya adalah untuk mendapatkan sumber enersi yang kompetitif.

Harga yang terus meningkat

Sejak tahun 1978, Primary Aluminium telah diperdagangkan pada London Metal Exchange (LME). Mulai pertengahan tahun 1980 LME Aluminium Price menjadi rujukan utama dalam menentukan harga Aluminium pada hampir seluruh perdagangan Aluminium dunia.
Dari tahun 1981 ~ 2008, nominal harga LME Aluminium rata2 tahunan secara bertahap terus meningkat bergerak antara US$1,318 ~ US$2,662/Ton. Namun demikian harga menurun tajam dalam tahun 2009 menjadi rata2 tahunan US$1,701/Ton akibat krisis keuangan global.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, Sanghai Futures Exchange (SHFE) merupakan benchmark price buat menentukan harga Aluminium di China. Peluang arbitrase perbedaan harga antara SHFE dan LME menjadi pendorong perdagangan Aluminium dari China ke pasar dunia lainnya.
Pada Siklus harga Aluminium mempunyai Harga puncak dalam selang waktu rata-rata 34 atau 24 bulan dengan tidak memperhitungkan perioda 1990an saat terjadinya resesi dunia. Pengukuran berbasis puncak ke puncak, rata-rata siklusnya adalah 6,8 tahun.  Dalam siklus kecendrungan turun, Persediaan fisik Aluminium meningkat menandakan lemahnya permintaan dan selanjutnya produksi dikurangi sehingga persediaan kembali pada posisi keseimbangan yaitu 45~50 hari dan pasar kembali seimbang.
Harga Aluminium aktual, Tahun 2010, 2011, 2012 serta forecast Tahun 2013f, 2014 dan 2015 menurut MBR Aluminium Weekly Market Tracker, issu 352 October 21 2013 adalah sebabagai berikut:

Tabel 1. Forecast Harga Aluminium di Pasar LME


2007
2008
2009
2010
2011
2012
Cash (USD/Ton)
2.173
2.395
2.018
1.852
1.925
2.000
Per3 Bulan (USD/ton)
2.199
2.420
2.050
1.892
1.965
2.040
Sumber : Metal Bulletin Research, IAI,LME, WBMS

1.1       Potensi Sumber Daya Bauksit

Industri aluminium mengkonsumsi hampir 90 % pada pertambangan bauksit, sisanya digunakan untuk produk-produk abrasif, semen, keramik, fluks metalurgi, refraktori (produk tahan panas), miscellaneous products (Bray, 2010b). 
Walaupun potensi bauksit Indonesia tidak terlalu besar untuk ukuran dunia, akan tetapi untuk kebutuhan nasional dan regional masih tetap diperhitungkan.
Sebaran bauksit nasional berada diwilayah Kepulauan Riau, Bangka Belitung dan Kalimantan Barat.
Data Kementerian ESDM menyebutkan bahwa jumlah sumber daya bauksit nasional adalah sebanyak 551.961.397 ton dengan cadangan bauksit 179.503.546 ton yang tersebar di pantai timur Sumatera, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Tengah serta Papua.

1.1       Potensi Sumber Daya Energi

Faktor yang paling penting dalam industri aluminium adalah ketersediaan sumber eneri listrik yang relative murah. Dalam struktur biaya industri aluminium biaya energy mencapai diatas 20%

                        Tabel 2.Struktur Biaya Produksi Aluminium
No
Komponen
Komposisi %
1
Alumina & Freight
34
2
Capex & Corporate Charge
24
3
Power Cost
23
4
Carbon Cost
9
5
Labor Cost
2
6
Other Costs & Net Realization
8
TOTAL COST
100

Aluminium dikatakan juga “listrik dalam kaleng” (canned electricity), Power/Enersi yang digunakan selain merupakan komponen biaya no.3 terbesar juga jaminan stabilitas supplainya sangat  kritis dalam menentukan kelancaran operasi pabrik, oleh karenanya strategi yang dilakukan banyak Smelter dunia adalah menjadikan Power Plant sebagai satu kesatuan pengelolaan (Dedicated Power Plant). Besaran biaya enersi sangat tergantung dari sumber penggerak yang digunakan, seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTG atau lain lain. Dunia saat ini dibagi atas 2(dua) kelompok pemakaian bedasarkan sumber enersinya yaitu (1) Menggunakan enersi yang sangat murah Hydro dan Gas (Timur Tengah) dengan rentang biaya 0,5~2,0 Cen$/kWh dan (2) Menggunakan biaya lebih mahal Batubara diatas 30Cen$/kWh. Di Indonesia sumber daya potensi energy listrik yang relative murah yaitu PLTA cukup  tersedia. 

Pengambil Alihan PT INALUM

Keberadaan PT INALUM sangat berperan penting dalam struktur industri aluminium nasional. Dari supply chain industri aluminium, Indonesia hanya mempunyai smelter aluminum yang selama ini bagi hasil dengan perusahaan Jepang. PT INALUM hanya memenuhi sebanyak 100.000 ton aluminum ingot per tahun dari 675.000 ton kebutuhan Nasional.
Komponen industri yang lain seperti refinery alumina Indonesia belum meiliki, dan selama ini Indonesia mengimpor alumina dari Australia sebanyak 500.000 ton per tahun untuk kebutuhan PT INALUM.

Dengan berakhirnya perjanjian kerja sama antara Perusahaan Jepang dengan Pemerintah Indonesia, sehingga PT INALUM menjadi milik pemerintah Indonesia, akan menjadi pendorong dalam pengembangan industri aluminium nasional. (A3)